padaKumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1. Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Dr.
​DERU CAMPUR DEBU CHAIRIL ANWAR DIAN RAKYAT JAKARTA ​ISBN 979-532-042-5 Deru Campur Debu Diterbitkan oleh DIAN RAKYAT Jakarta Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Pembangunan tahun 1959 Rencana & hiasan buku oleh Oesman Effendi Dicetak oleh PT. DIAN RAKYAT Cetakan pertama 1987 Cetakan kedua 1991 ​ ​ Unggah gambar untuk mengganti penampung ini. ​AKUKalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi ​HAMPAkepada sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. ​SELAMAT TINGGALAku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu — dalam hatiku? — Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah ..................?? Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal ................!! Selamat Tinggal ................!! ​ ​ORANG BERDUAKamar ini jadi sarang penghabisan di malam yang hilang batas. Aku dan dia hanya menjengkau rakit hitam 'Kan terdamparkah atau terserah pada putaran pitam? Matamu ungu membatu. Masih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu? ​SIA-SIAPenghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang Mawar merah dan melati putih darah dan suci. Kau tebarkan depanku serta pandang yang memastikan Untukmu. Sudah itu kita sama termangu Saling bertanya Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri. Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak sepi. ​DOAkepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku dipintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling ​ISAkepada nasrani sejati Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah rubuh patah mendampar tanya aku salah? kulihat tubuh mengucur darah aku berkaca dalam darah terbayang terang di mata masa bertukar rupa ini segara mengatup luka aku bersuka Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah ​ ​ ​KEPADA PEMINTA-MINTABaik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. ​KESABARANAku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak bicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba ​SAJAK PUTIHBersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah........ ​ ​KAWANKU DAN AKUKami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata ........? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti. ​KEPADA KAWANSebelum Ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja ! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu !!! ​SEBUAH KAMARSebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. "Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!" Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 X 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! ​ ​LAGU SIULI Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal dicerlang caya matamu Heran ! ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu 'Ku kayak tidak tahu saja. ​II Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta, Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak 'kan apa-apa, Aku terpanggang tinggal rangka ​MALAM DI PEGUNUNGANAku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pohonan ? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan ! ​CATETAN TH. 1946Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai, Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara yang kucintai 'kan berhenti membelai. Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut. Kita - anjing diburu - hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu ; Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah, Tulis karena kertas gersang; tenggorokan kering sedikit mau basah! ​NOCTURNOfragment .......................... Aku menyeru — tapi tidak satu suara membalas, hanya mati di beku udara. Dalam hatiku terbujur keinginan, juga tidak bernyawa. Mimpi yang penghabisan minta tenaga, Patah kapak, sia-sia berdaya, Dalam cekikan hatiku Terdampar ....... Menginyam abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu. Ingatan pada Ajal yang menghantu. Dan demam yang nanti membikin kaku ...... .......................... Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan ! ​ ​KEPADA PELUKIS AFFANDIKalau, 'ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri,. terdiri di ambang penuh kupak, adalah karena kesementaraan segala yang mencap tiap benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak. Dan tangan kan kaku, menulis berhenti, kecemasan derita, kecemasan mimpi ; berilah aku tempat di menara tinggi, di mana kau sendiri meninggi atas keramaian dunia dan cedera, lagak lahir dan kelancungan cipta, kau memaling dan memuja dan gelap-tertutup jadi terbuka ! ​ ​BUAT ALBUM Seorang gadis lagi menyanyi Lagu derita di pantai yang jauh, Kelasi bersendiri di laut biru, dari Mereka yang sudah lupa bersuka. Suaranya pergi terus meninggi, Kami yang mendengar melihat senja Mencium belai si gadis dari pipi Dan gaun putihnya sebagian dari mimpi. Kami rasa bahagia tentu 'kan tiba, Kelasi mendapat dekapan di pelabuhan Dan di negeri kelabu yang berhiba Penduduknya bersinar lagi, dapat tujuan Lagu merdu ! apa mengertikah adikku kecil yang menangis mengiris hati Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil, Juga di negeri jauh itu surya tidak kembali? ​CERITA BUAT DIEN TAMAELA Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala. Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama. Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! ​Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau...... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. ​PENERIMAANKalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. ​KEPADA PENYAIR BOHANG Suaramu bertanda derita laut tenang ..... Si Mati ini padaku masih berbicara Karena dia cinta, di mulutnya membusah dan rindu yang mau memerahi segala Si Mati ini matanya terus bertanya ! Kelana tidak bersejarah Berjalan kau terus ! Sehingga tidak gelisah Begitu berlumuran darah. Dan duka juga menengadah Melihat gayamu melangkah Mendayu suara patah "Aku saksi!" Bohang, Jauh di dasar jiwamu bertampuk suatu dunia ; menguyup rintik satu-satu Kaca dari dirimu pula ........ ​ ​SENJA DI PELABUHAN KECIL buat sri ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. ​KABAR DARI LAUTAku memang benar tolol ketika itu , mau pula membikin hubungan dengan kau ; lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, bertambah lebar juga, mengeluar darah, dibekas dulu kau cium napsu dan garang; lagi akupun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menjatuhkan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau ? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji, Atau di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar ? ​TUTI ARTICAntara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga, Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic; Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola. Istriku dalam latihan kita hentikan jam berdetik Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa — ketika kita bersepeda kuantar kau pulang — Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara, Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang. Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar; Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu Sorga hanya permainan sebentar. Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu Aku dan Tuti + Greet + Amoi ...... hati terlantar, Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. ​ ​SORGAbuat basuki resobowo Seperti ibu + nenekku juga tambah tujuh keturunan yang lalu aku minta pula supaya sampai di sorga yang kata Masyumi + Muhammadyah bersungai susu dan bertabur bidari beribu Tapi ada suara menimbang dalam diriku, nekat mencemooh Bisakah kiranya berkering dari kuyup laut biru, gamitan dari tiap pelabuhan gimana ? Lagi siapa bisa mengatakan pasti di situ memang ada bidari suaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Yati? ​CINTAKU JAUH DI PULAU Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja". Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh ! Perahu yang bersama 'kan merapuh ! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. ​ ​ISIA k u H a m p a Selamat tinggal Orang berdua Sia-sia D o a I s a Kepada peminta-minta Kesabaran Sajak putih Kawanku dan aku Kepada kawan Sebuah kamar Lagu Siul Malam di pegunungan Catetan th. 1946 Nocturno Kepada pelukis Affandi Buat album Cerita buat Dien Tamaela Penerimaan Kepada penyair Bohang Senja di pelabuhan kecil Kabar dari laut Tuti Artic Sorga Cintaku jauh di pulau Tulisan Chairil Anwar
Berpuisidan Diterima35 Contoh teks puisi Chairil Anwar, puitis dan penuh makna Jul 31, 2022 · Saya tidak tahu dan mungkin tidak ada yang tahu kecuali beliau sendiri. Kumpulan sajaknya: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin + Asrul Sani, 1950). Sajak
KAJIAN HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TERHADAP KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Andina Muchti Universitas Bina Darma, Jl. Ahmad Yani No. 12 Plaju Palembang E-mail [email protected] Abstract All of the literature studies are related to the activity of interpretation. One of literature types that can be interpreted is poetry. To interpret a poem can involve the role of heuristics and hermeneutics concept. This study used several poems contained in the book of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The problems of this study, namely 1 How do heuristic and hermeneutic reading on the poem of Chairil Anwar, and 2 What are the meaning of language and literature contained in the poem of Chairil Anwar. Heuristic and hermeneutic readings are the method to analyze literary works by using semiotic approach. Semiotics is a term that refers to the same thing that is the sign science. The relationship between signifier and signified included, icons, indices, and symbols. The results of this study are as follows 1. In the sixth poems of Chairil Anwar always brings the themes of freedom, rebellion and adventure that are the expression of Chairil's characteristic himself. 2. The unpleasant experience of dating with Hayati made him upset and dreaming of a lover who was very different from Hayati. therefore, Chairil express it with harsh words to describe the regret. Keywords heuristic, hermeneutic, Deru Campur Debu 1. PENDAHULUAN massa, majalah dan surat kabar yang sangat Karya sastra merupakan refleksi dari dekat dan akrab dengan masyarakat. berbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Keberadaannya merupakan Waluyo 197828 mengatakan, karya sastra puisi mempunyai struktur yang suatu hal yang penting dan sudah menjadi berbeda dengan keseharian dalam masyarakat, baik itu Penciptaannya menggunakan prinsip-prinsip sebagai kebutuhan maupun hanya sekadar tertentu, seperti prinsip pemadatan atau hiburan. Terdapat berbagai bentuk karya pengonsentrasian bentuk dan makna. Untuk sastra, mulai dari prosa, drama, dan puisi. itu, Aminuddin 2002110 berpendapat, Puisi termasuk salah satu jenis karya sastra dalam yang tidak hanya ditempatkan secara khusus terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul tetapi dapat pula dijumpai dalam media adalah dalam upaya memahami maknanya. upaya bentuk memahami teks prosa. sastra, Semua kajian sastra dengan suatu aktivitas, berkaitan yaitu aktivitas Berhasil penafsir atau tidaknya seorang mencapai taraf interpretasi yang interpretasi penafsiran. Kegiatan apresiasi optimal, sangat bergantung pada kecermatan sastra pada awal dan akhirnya, bersangkutan dan ketajaman interpreter itu sendiri. Selain dengan itu, dibutuhkan metode pemahaman yang karya diinterpreatasi sastra dan yang harus dimaknai. Semua memadai; metode pemahaman yang kegiatan kajian sastra, terutama dalam mendukung merupakan satu syarat yang prosesnya pasti melibatkan peranan konsep harus dimiliki interpreter. Dari beberapa heuristik dan hermeneutik. Oleh karena itu, alternatif yang ditawarkan para ahli sastra heuristik dan hermeneutik menjadi hal yang dalam memahami karya sastra, metode tidak mungkin diabaikan. pemahaman heuristik dan hermeneutik dapat Pradopo 2005124-129 menyatakan salah satu konvensi ketidaklangsungan sastra ekspresi tentang menurut dipandang sebagai metode yang paling memadai. Dalam analisis puisi menggunakan Riffaterre yang dijabarkan dengan metode pembacaan pembacaan hermeneutik. penelitian ini menggunakan beberapa puisi Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang terdapat dalam buku kumpulan puisi puisi berdasar pada konvensi bahasanya, Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. heuristik dan heuristik dan hermeneutik, sedangkan pembacaan hermeneutik adalah Sajak-sajak karya Chairil Anwar pembacaan puisi berdasar pada konvensi dipilih sebagai objek pembacaan heuristik sastranya. dan hermeneutik karena sajak-sajaknya perlu Dalam hubungannya, tahap pertama merupakan ekspresi diri dan mencerminkan disadari kehidupan penulisnyaa. bahwa interpretasi dan pemaknaan tidak diarahkan pada suatu Berdasarkan latar belakang yang proses yang hanya sampai pada permukaan telah dikemukakan di atas, permasalahan karya sastra, tetapi juga yang mampu penelitian ini dapat dirumuskan sebagai "sampai berikut. di kedalaman makna" yang 1 Bagaimanakah pembacaan terkandung di dalamnya. Untuk itu, seorang heuristik dan hermeneutik pada puisi karya penafsir memiliki Chairil Anwar, dan 2 Apa saja makna wawasan bahasa, sastra, dan budaya yang bahasa dan makna sastra yang terkandung cukup luas dan mendalam. dalam puisi karya Chairil Anwar. seyogiannya harus Teeuw 199759 mengemukakan definisi tentang sastra, yaitu suatu karya penanda signifier/signifiant dan petanda signified/signifié. yang menghendaki kreativitas. Karya sastra Pradopo 1993121 juga dimaksud dengan itu karya yang bersifat imajinatif, yaitu menjelaskan, bahwa karya sastra itu terjadi akibat penanda penganganan dan hasil penganganan itu merupakan bentuk tanda sedangkan petanda adalah penemuan-penemuan baru, kemudian adalah yang ditandai, yang merupakan arti penemuan baru itu disusun ke dalam suatu tanda. Hal itu dapat dicontohkan sebagai sistem dengan kekuatan imajinasi hingga berikut satuan bunyi ibu’ merupakan tanda terciptalah yang menandai arti orang yang melahirkan suatu dunia baru yang adalah yang menandai, yang kita’. Jadi, satuan bunyi ibu’ adalah sebelumnya belum ada. Puisi yang merupakan sebuah bentuk penanda sedangkan arti dari satuan bunyi karya sastra yang paling tua. Seorang ibu’, yaitu orang yang melahirkan kita penyair telah mengonsentrasikan segala adalah petanda. kekuatan bahasa dan gagasannya untuk menghasilkan sebuah puisi Waluyo 19873. Hubungan petanda ada antara tiga penanda macam, dan yaitu a. Ikonmerupakan tanda yang menunjukkan Pembacaan heuristik dan adanya hubungan yang bersifat alamiah hermeneutik merupakan salah satu metode antara petanda dan penandanya. Hubungan untuk menganalisis karya sastra dalam itu adalah hubungan persamaan, misalnya pendekatan semiotik. gambar kuda sebagai penanda yang Semiotik, semiotika dan semiologi menandai kuda petanda sebagai artinya; adalah satu istilah yang merujuk pada satu potret menandai sesuatu atau seseorang yang hal yang sama, yaitu ilmu mengenai tanda. dipotret; gambar pohon menandai pohon, b. Pradopo lndeks, yaitu tanda yang menunjukkan 2005119 menyatakan, yang dimaksud dengan tanda adalah fenomena hubungan sosial/masyarakat dan kebudayaan. penanda dan petandanya, misalnya asap Berbicara mengenai tanda bahasa, Saussure dalam Pradopo 2005119 menandai kausal api; sebab-akibat alat penanda antara angin menunjukkan arah angin dan sebagainya,c. menyebutkan ada dua aspek penting yang Simbol, yaitutanda yang menunjukkan menjadi bagian dari tanda bahasa itu, yaitu bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya dalam pengertian yang sesungguhnya dari bersifat arbritrer semaumaunya. Arti itu maksud ditentukan menghasilkan pemahaman makna secara oleh konvensi Pradopo 2005120. bahasa. Kerja heuristik harfiah, makna tersurat, actual meaning Untuk dapat memberikan makna Nurgiyantoro, 2007 33. puisi secara semiotik, pertama kali dapat Hermeneutik adalah proses dilakukan dengan pembacaan heuristik dan penguraian yang berangkat dari isi dan Hermeneutik. makna Heuristik merupakan langkah untuk menemukan makna melalui yang terlihat tersembunyi. Objek ke arah makna interpretasi dalam pengkajian pengertian yang luas, dapat berupa simbol struktur bahasa dengan mengintrepetasikan dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari teks sastra secara referensial lewat tanda- simbol tanda linguistik. Langkah ini berasumsi Palmer 200348. dalam masyarakat atau sastra bahwa bahasa bersifat referensial, artinya Riffaterre dalam Pradopo 200597 bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal mengemukakan bahwa dalam pembacaan nyata. hermeneutik, Pembacaan heuristik adalah sajak dibaca berdasarkan konvensi-konvensi sastra menurut sistem pembacaan berdasarkan struktur bahasanya. semiotik. Untuk memperjelas arti, bila perlu, pembaca memberikan memberi sisipan kata atau sinonim kata yang konvensi diletakkan dalam tanda kurung. Begitu juga, deskripsi puisi yang disebabkan oleh struktur kalimatnya disesuaikan dengan penggantian arti, penyimpangan arti, dan kalimat baku berdasarkan tata bahasa penciptaan arti. normatif; a. atau bila perlu susunan Konvensi makna makna itu yang di antaranya ketidaklangsungan ucapan Penggantian arti dalam karya sastra kalimatnya dibalik untuk memperjelas arti disebabkan oleh bahasa kiasan, antara Pradopo 2005136. lain Menurut Riffaterre dalam Wellek metafora, perbandingan, dan Warren, 1989 148 analisis secara sinekdoki, heuristik adalah analisis pemberian makna alegori. berdasarkan struktur konvensional, artinya bahasa bahasa secara dianalisis metonimi, b. simile personifikasi, perbandingan epos dan Riffaterre dalam Pradopo 2005125 mengemukakan, penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaitu 2. METODOLOGI PENELITIAN ambiguitas, kontradiksi dan nonsense. c. Penciptaan Arti Riffaterre mengatakan Metode penelitian ini membahas terjadi penciptaan arti bila ruang teks mengenai pendekatan penelitian, data dan spasi teks berlaku sebagai prinsip sumber data, teknik penyediaan data serta pengorganisasian teknik analisis data. untuk membuat hal-hal Pendekatan yang dilakukan dalam sesungguhnya penelitian ini adalah pendekatan deskriptif secara linguistik tidak ada artinya, kualitatif dan pendekatan semiotik. Subroto misalnya simitri keseimbangan berupa 199270 mengutarakan bahwa penelitian kesejajaran arti antara baris-baris dalam kualitatif itu bersifat deskriptif. Peneliti bait, rima pengulangan bunyi dalam mencatat dengan teliti dan cermat data yang puisi untuk membentuk musikalitas berwujud kata-kata, kalimat dan wacana. atau orkestrasi Waluyo 198790 Pendekatan semiotik adalah pendekatan tanda-tanda keluar ketatabahasaan dari yang Palmer 2003 14-16 menyebutkan penelitian yang menggunakan metode- bahwa akar kata hermeneutik berasal dari metode semiotik, dalam hal ini adalah istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, pembacaan heuristik dan hermeneutik. yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Deru Hermeneutik merupakan pembacaan Campur Debu karya Chairil Anwar. bolak-balik melalui teks dari awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini merupakan Penerapan Heuristik dan Hermeneutik interpretasi Heuristik retroaktif yang melibatkan banyak kode di Dalam menerapkan luar bahasa dan menggabungkannya secara menghiraukan integratif dapat kesempurnaan teks atau kondisi gramatikal. guna Sehingga membongkar tahap kedua sampai secara yang bersifat pembaca struktural Heuristik kelengkapan apresiator dapat tidak atau menambah mengungkapkan makna singificance dalam ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan ada teks sebagai sistem tanda. terkandung dalam teks karya sastra itu guna sendiri. menemukan makna yang sebagai berikut si aku memberi harapan kepada Hermeneutik Langkah-langkah penerapan Hermeneutik gadis si aku bila ingin kembali boleh saja. Si aku adalah dengan mengkaji makna melalui menerima sepenuh hati bila gadis itu mau pembacaan yang berulang-ulang dengan kembali lagi pada kehidupan si aku. Si aku tidak meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada karya sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki. mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih menunggu kepulangan kekasihnya. Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah 3. HASIL Hasil tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan Analisis pada Puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar PENERIMAAN laki-laki lain. Itu digambarkan dengan kalimat” Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. ini menggunakan metafora- Kalau kau mau kuterima kau kembali metafora yang sangat indah dangan Dengan sepenuh hati menggambarkan perempuan yang tidak perawan Aku masih tetap sendiri dengan kembang sari sudah terbagi. Si aku memberi harapan kepada gadis si Kutahu kau bukan yang dulu lagi aku bila ingin kembali tidak usah malu dan Bak kembang sari sudah terbagi harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk menemui si aku. Si aku pun tetap Jangan tunduk! Tentang aku dengan menerima apapun yang sudah terjadi dan berani menerima dengan mutak jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Kalau kau mau kuterima kembali Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi Untukku sendiri tapi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan Sedang dengan cermin aku enggan citraan penglihatan berbagi. Deru Campur Debu,195936 Hasil Analisis pada Puisi ”Sajak Putih” Karya Chairil Anwar Dalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan ungkapan perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis SAJAK PUTIH menggambarkan sesuatu yang indah dan Bersandar pada tari warna pelangi menarik . biasanya mawar itu berwarna Kau depanku bertudung sutra senja merah yang menggambarka cinta dan melati Di hitam matamu kembang mawar dan putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam melati mata si gadis tampak cinta yang tulus, Harum rambutmu mengalun bergelut menarik, dan mengikat. Suasana pada saat senda itu bsangat menyenangkan, menarik,m penuh keindahan yang memduat si aku haru Sepi menyanyi, malam dalam mendoa dengan semua itu. tiba Dalam pertemuan ke dua insan itu Meriak muka air kolam jiwa sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang Dan dalam dadaku memerdu lagu menggambarka tidak ada percakapan dari Menarik menari seluruh aku keduanya. Mereka hanya dian tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya Hidup dari hidupku, pintu terbuka ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang Selama matamu bagiku menengadah berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu Selama kau darah mengalir dari luka mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti Antara kita Mati datang tidak hanya permukaan kolam yang terisa air yang membelah... beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam Dalam puisi sajak putih dgamberkan tanpa kata itu, didalam dada si aku gdis ai aku pada suatu senja hari yang indah terdengar lagu ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit kegembiraan digambarkan dengan senja yang indah penuh dengan macam- menari seluruh aku. itu macam warna. Gadis itu bertudun g sutra Hidup dari hidupku, pintu terbuka diwaktu haru sudah senja. Sedangkan menggambarkan bahwa si aku merasa rambut gadis itu yang harum ditiup angin hidupnya penuh dengan kemungkinan dan tampak seperti sedang bersenda gurau, dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yna dalam mata gadis yang hitam kelihatan pasti bunga mawar dan melati yang mekar. kekasihnya masih menengadahkan mukanya Mawar ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si dan melati yang mekar bisa diwujudkan selam gadis gadis masih mencintai s aku, mau Antara kita Mati datang tidak memandang kemuka si aku, bahkan juga membelah….. isyarat untuk mencium dario si aku. Bila diucapkan secara normatif, maka Keduanya masih bermesraan dan saling ekspresifitasnya hilang karena tidak padat mencintai. dan tidak berirama. “Pintu akan selalu Begitu juga hidup si aku penuh terbuka bagi hidup dan hidupku. Selama harapan selama si gadis masih hidup wajar, matamu menengadah bagiku. Selama darah dikiaskan dengan darahnya yang masih masih mengalir jika engkau terluka. Antara mengalir dan luka, sampai kematioan tiba kita sampai kematian datang kita tidak pun keduanya masih mencintai, dan tidak membelahberpisah. akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan pengertian abstrak dapat menjadi kongret suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih karena digunakan citraan-citraan dan gerak mengiaskan yang digabung dengan metafora. ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur. Rasa Dalam sayangnya sajak itu ini juga digambarkan dalam puisi Chairil Anwar untuk yang berjudul “Penerimaan”. Dalam puisi kegembiraan dan kebahagiaan di dalam itu digambarkan bahwa si aku masih bisa sajak ini adalah kata tari, warna pelangi, menerima si gadis yang telah berselingkuh sutra senja, memerdu l;agu, menari-neri, dengan orang lain. Si aku menerima dengan pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana rasa penuh keihklasan dari si gadis yang gembira. Namun biasanya sajak Chairil telah mau kembali kepelukannya. Terlalu Anwar bersuasana murung, suram dan sedih. sayangnya si aku, si aku menerima dengan Puisi tidak hanya menyampaikan informasi lapang saja, namun diperlukan kepadatan dan diperbuat oleh si gadis dengan orang lain. Tanda-tanda semiotik ekspresifitas, karena hanya inti pernyataan dada tentang apa yang telah Dalam puisi “Sajak Putih” banyak “Tari digunakan sajak warna pelangi” merupakan bahasa kiasan penyimpangan dari tata bahasa normatif seperti bahasa-bahasi kiasan. yang dikemukakan. Karena hal ini, maka personifikasi yang menggambarkan benda Hidup dari hidupku, pintu terbuka mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “ Selama matamu bagiku menengadah rambutmu mengalun bergelut sernda” juga Selama kau darah mengalir dari luka menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Selain itu ada kesamaan dalam penggunaan selamat jalan citraan-citraan agar mempunyai makna yang dari pantai keempat, sedu kongret, penghabisan bisa terdekap serta menggunakan metafora- Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” metafora. diatas, Hasil Analisis Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar terasa bahwa penyair sedang dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan SENJA DI PELABUHAN KECIL tidak memberikan kesan cengeng atau sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam, penyair ini tetap tegar. Demikian pula pada Ini kali tidak ada yang mencari cinta puisinya diatas. Di dalamnya tak satu pun kata di antara gudang, rumah tua, pada ”sedih” diucapkannya, tetapi ia mampu berucap cerita tentang kesedihan yang dirasakannya. Pembaca tiang serta temali. Kapal, perahu dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut tiada berlaut dengan gudang-gudang dan rumah-rumah yang menghembus diri dalam telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat mempercaya mau berpaut disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh. Gambaran Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di sana seseorang berjalan seorang diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan menyusur semenanjung. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar menemu bujuk pangkal akanan. adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata- Tidak bergerak katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap dan kini tanah dan air tidur hilang kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, ombak. dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya. Pada puisi diatas sang Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian penyair berhasil menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah si aku. membawa kita pada suatu situasi yang khusus. Kata senja berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang dan malam, Hasil Analisis Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Karya Chairil Anwar tanpa hiruk pikuk orang bekerja. Pada bagian lain, gerimis mempercepat CINTAKU JAUH DI PULAU kelam, kata kelam sengaja dipilihnya, karena terasa lebih indah kata gelap walaupun dan sama dalam daripada artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk Perahu melancar, bulan memancar, mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. dan angin membantu, laut terang, tapi terasa berganti dengan masa mendatang, diucapkan dengan kata-kata penuh daya desir aku tidak 'kan sampai padanya. hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni dan kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini hebat dalam pilihan kata, disertai Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertahta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," ritme yang aps dan permainan bunyi yang semakin menunjang keindahan puisi ini, yang Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi akhir yang Perahu yang bersama 'kan merapuh! ada pada tiap larik. Mengapa Ajal memanggil dulu Di dalam puisi ini juga digambarkan Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! rasa cinta namun dalam bentuk kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si Manisku jauh di pulau, aku tetap tegar menghadapinya. Si aku dalam kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang. Suasana pada saat Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, setelah ia meninggal, kekasihnya itupun bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi. akan mati juga dalam penantian yang sia-sia. Bait I “Cintaku jauh di pulau” Setelah kita menganalisis makna tiap bait, berarti. Kekasih tokoh aku gadis manis kita pun harus sampai pada makna lambang berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih manis sekarang iseng sendiri” artinya sang tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku kekasih tersebut adalah seorang gadis yang yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku manis yang menghabiskan waktu sendirian harus iseng tanpa kehadiran tohoh aku. melambangkan mengarungi lautan perjuangan. yang Sayang, Pada bait II, si tokoh aku menempuh usahanya tidak berhasil karena kematian perjalanan jauh dengan perahu karena ingin telah menjemputnya sebelum ia meraih cita- menjumpai citanya. atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus dan malam Dalam puisi tersebut terasa perasaan- ketika bulan bersinar, namun hati si aku perasaan si aku senang, gelisah, kecewa, merasa gundah karena rasanya ia tak akan dan putus asa. Kecuali itu ada unsur sampai pada kekasihnya. metafisis yang menyebabkan pembaca Bait III menceritakan perasaan si aku berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur yang semakin sedih karena walaupun air metafisis tersebut berupa ketragisan hidup terang, pada manusia, yaitu meskipun segala usaha telah perasaannya ajal telah memanggilnya Ajal dilakukan disertai sarana yang cukup, bertahta sambil berkata “Tujukan perahu bahkan segalanya berjalan lancar, namun ke pangkuanku saja”. manusia seringkali tak dapat mencapai apa angin mendayu, tetapi Bait IV menunjukkan si aku putus yang diidam-idamkannya karena maut telah asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah menghadang bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu demikian, yang membawanya akan rusak, namun menggairahkan akan sia-sia belaka. ternyata mengakhiri kematian hidupnya menghadang terlebih lebih cita-cita dahulu. yang Dengan hebat dan dan Dalam puisi ini juga menggunakan dahulu citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam sebelum ia bertemu dengan kekasihnya. “Perahu melancar, bulan memancar,”. Bait V merupakan kekhawatiran si Citraan yang digunakan adalah citraan tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa penglihatan karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan dalam “Ajal bertakhta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," .... Mengapa Ajal memanggil dulu … Hasil Analisis Puisi “Kesempurnaan” Karya Chairil Anwar KUSANGKA Kusangka cempaka kembang setangakai Teryata melur telah diseri....... Hatiku remuk mengenangka ini Wasangka dan was-was silih berganti. Kuharap cempaka baharu kembang Belum tahu sinar matahari....... Rupanya teratai patah kelopak Dihinggapi kumbang berpuluh kali. Kupohonkan cempaka Harum mula terserak....... Melati yang ada Pandai tergeletak....... Mimpiku seroja terapung di paya Teratai putih awan angkasa...... Rupanya mawar mengandung lumpur Kaca piring bunga renungan...... Igauanku subuh, impianku malam Kuntum cempaka putih bersih...... Kulihat kumbang keliling berlagu Kelopakmu terbuka menerima cembu. Kusangka hauri bertudung lingkup Bulu mata menyangga panah Asmara Rupanya merpati jangan dipetik Kalau dipetik menguku segera Buah Rindu, 195919 Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan romantik Amir Hamzah ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka” mennjukkan kesejajaran gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut. Amir Hamzah menggunakan ekspresi romantik secara metaforis-alegoris, membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetamorkan sebagai bidadari hauri dan merpati. Dari keenam bait tersebut disimpulkan bahwa si aku mencintai gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi. Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling berlagu/kelopakmu terbuka menerima cembu’. Hal itu menimbulkan kekeewaan dan menyebabkan hati si aku remuk. Wasangka dan was-was silih bergantibait 1. Dengan demikian, si aku tidak mau bersama gadis yang sudahtidak murni lagi, sebab akan terkena kuku “merpati” itu bait 7. Gadis yang masih murni disangka murni diumpamakan cempaka kembangbait 1, baharu kembang belum terkena sinar mataharibait 2, cempaka harumbait 3, seroja terapung di paya putih seperti awanbait 4, dan seperti bidadari hauri bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah asmarabait 6. Gambaran tersebut bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya yang sangat menyakitkan basi si aku dan sangat kecewa setelah mengetahui kisah yang sebenarnya. Gambaran gadis tersebut sudah tidak murni lagi diumpamakan melur telah diseribait 1, teratai patah kelopak dihingapi kumbang berpuluh kalibait 2, merpati yang pandai bergelakbait 3, mawar yang mengandung lumpurbait 4, dan merpati yang mengaku segerabait 6. Jadi yang menanggapi masalah tersebut si aku merasa kecewa karena pikiran romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih murni dan tetap murni, setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun kenyataan berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik digambarkan dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai perumpamaan, sehingga seperti natural. Sebaliknya Chairil Anwar, dalam sajaknya itu menampilkan tampak yang lain dalam mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak murni lagi. Sangat berlawanan dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia berpandangan realistik, si aku au menerima kembali wanitakekasihnya, istrinya yang barang kali telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Si aku mau menerima kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku masih sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih menunggu kembalinya wanita yang dicintainya itu. Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak murni lag, sudah seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi kumbang lain. Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku dan jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan tunduk! Tantang aku dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh hati walaupun wanita itu sudah tidak perawan lagi. Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bungakembang. Wanita yang sudah tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbag ibak kembang sari yang sudah terbagi. Ini hampir sama dengn perumpamaan yang dilakukan Amir Hamzah “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi kumbang berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga”. Sedangkan Chairil Anwar ”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Numun Chairil Anwar tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan menggunakan gaya eksresif yang padat. 4. KESIMPULAN Dalam memahami suatu karya sastra, kita bisa menggunakan metode pemahaman heuristik dan hermeneutik. Metode pemahaman heuristik merupakan langkah untuk menemukan pengkajian makna melalui bahasa dengan struktur mengintrepetasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik, sehingga menghasilkan pemahaman makna secara harfiah. Sedangkan metode pemahaman interpretasi merupakan Anwar, dapat disimpulkan hal-hal sebagai yang bersifat berikut 1. Dalam keenam puisinya Chairil hermeneutik tahap kedua retroaktif yang melibatkan banyak kode di Anwar luar bahasa dan menggabungkannya secara kebebasan, pemberontakan dan petualangan integratif sampai membongkar secara pembaca dapat struktural guna mengungkapkan makna singificance dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks sebagai sistem tanda. selalu menghadirkan tema-tema yang merupakan ekspresi dari sifat-sifat Chairil itu sendiri. 2. Pengalaman masa pacaran dengan Hayati yang tidak menyenangkan karena Hayati pergi dan selingkuh dengan pria lain membuatnya marah dan memimpikan seorang Sehingga kekasih yang sangat berbeda dari hayati. pembaca dapat memhami karya sastra secara Sehingga Chairil mengekspresikannya dengan menyeluruh dan mendalam. kata-kata Dari hasil pembacaan heuristik dan kasar untuk menggambarkan kekesalannya itu. hermeneutik kumpulan Puisi karya Chairil DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. BandungSinar Baru Algensindo. Delatour, Y. dkk. 1991. Grammaire du Français. ParisHachette. Dubois, Jean dkk. 2001. Dictionnaire de Linguistique. ParisLarousse-Bordas. Husen, Ida Sundari. 2001. Mengenal Pengarang-Pengarang Prancis dari Abad ke Abad. JakartaGrasindo. Kardjo, Wing. 1975. Sajak-Sajak Modern Prancis dalam Dua Bahasa. JakartaPustaka Jaya. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi Diterjemahkan oleh Musnur Henry dan Damanhuri Muhammad. YogyakartaPustaka Pelajar Offset. Paz, Octavia. 2002. Puisi dan Esai Pradopo, Rachmat Djoko. 1976. Pengkajian Puisi. YogyakartaGadjah Mada University Press. ________ 1993. Prinsip Kritik Sastra. YogyakartaGadjah Mada University Press. _______ 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan Penerapannya. YogyakartaPustaka Pelajar. Subroto, Edi. 1992. Pengantor Metoda Peneltitan Linguistik Strukiural. SurakartaSebe1as Maret University Press. Sudjiman, Panuti & Aart Van Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. JakartaGramedia Pustaka Utama. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. JakartaGramedia. Tirtawirya, Putu Arya. 1978. Aprestasi Puisi dan Prosa. JakaraNusa lndah. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. SurakartaErlangga.
Sambilberjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku
This study examines the structure of physic in a collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The four poems examined are "Kepada Peminta-Minta", "Sajak Putih", "Senja di Pelabuhan Kecil", dan "Cintaku Jauh di Pulau". The purpose of this study is to describe how the physical structure of four poems in question. The method used is qualitative description. The results show that the poems of Chairil Anwar contain a very rich stylistical element in terms of dictionary selection, imagery, concrete words, figurative language, and rhyme. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 77 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG STRUKTUR LAHIR KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Tri Riya Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung tri260211 Abstract This study examines the structure of physic in a collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The four poems examined are “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. The purpose of this study is to describe how the physical structure of four poems in question. The method used is qualitative description. The results show that the poems of Chairil Anwar contain a very rich stylistical element in terms of dictionary selection, imagery, concrete words, figurative language, and rhyme. Keywords birth structure, style Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Adapun empat puisi yang dikaji yakni “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana struktur lahir dari empat puisi tersebut. Metode yang digunakan yakni deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi-puisi Chairil Anwar mengandung unsur stilistika yang sangat kaya yang ditinjau dari pemilihan diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa figuratif, dan rima. Kata-kata kunci struktur lahir, stilistika PENDAHULUAN Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakn gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. Selanjutnya, karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Aminuddin 199767 mengemukakan terdapat jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 78 bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 199765 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Efek-efek tersebut dapat diperoleh melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Penelitian kajian stilistika sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Ali Imron Al-Ma‟ruf dalam disertasinya dengan judul Kajian Stilistika Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Perspektif Kritik Seni Holistik. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 199765 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih beberapa puisi karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 79 energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Dengan menganalisis bahasa yang dipolakan secara khas, dapat menunjukkan kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab tentang bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan termasuk kekuatan kreativitas karya sastra. Stilistika merupakan kritik terhadap studi karya yang secara tradisional sebagai cabang estetika. Padangan estetika tersebut berhubungan dengan efek-efek total yang timbul ketika berhadapan dengan karya sastra dan efek tersebut dianggap sebagai keseluruhan artistik. Jadi, kritik sastra tradisional tersebut menggunakan teori estetika dengan mendalilkan nilai-nilai keuniversalan artistik. Kajian stilistika adalah sebuah proses analisis karya sastra puisi dengan melihat bagaimana unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra itu sendiri digunakan oleh penyair yang bertujuan untuk memperlihatkan perlakuannya terhadap bahasa tersebut dalam rangka menuangkan gagasannya. Oleh karena itu, semua daya yang berhubungan analisis bahasa dikerahkan untuk mengungkapkannya. Dengan demikian, proses analisis yang digunakan meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret, dan bahasa figuratif tanpa melupakan struktur batin yang diperoleh ketika membaca puisi tersebut. Semua upaya yang dilakukan demi kepentingan apresiasi terhadap puisi yang dikaji. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah struktur lahir yang terdapat dalam puisi Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar? KAJIAN TEORI Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Style dapat didefinisikan sebagai the manner of linguistic expression in prose or verse – as how speakers or writers say whatever it is that they say Abrams dalam Wicaksono, 2017263. Gaya merupakan ekspresi kebahasaan dalam sastra sebagaimana sastrawan mengungkapkan dalam karyanya. Dengan demikian, stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 201172-73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati, 20088 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini, untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 20087 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 80 jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 201172 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 200811 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. Pengkajian stilistika pada dasarnya meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika stilistic features yang membedakan pengarang sastrawan karya, tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi pola bunyi bahasa, matra dan rima, sintaksis tipe struktur kalimat, leksikal diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu atau retoris majas dan citraan Wicaksono, 2017272-273. Istilah stilistika telah diterapkan dengan prosedur kritis yang berusaha untuk menggantikan istilah subjektivitas serta impresionisme dalam standar analisis “tujuan” atau “ilmiah” stilistika karya sastra. Konsep linguistik modern mengidentifikasi kajian stilistika meliputi fitur gaya, atau “sifat formal” yang dianggap khas dari suatu kajian, atau seorang penulis, atau tradisi sastra, atau era. Fitur kajian dapat berupa fonologis pola ujaran, suara, atau sajak, atau sintaksis tipe struktur kalimat, atau leksikal abstrak vs kata konkret, frekuensi relatif dari kata benda, kata kerja, kata sifat, atau retorika pemakaian karakteristik gaya bahasa pemajasan, perumpamaan, dan sebagainya. Sumber Objek Penelitian Stilistika Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 200914 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emosionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 81 Struktur Lahir Puisi Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Menurut Nurhayati 200830-38 terdapat struktur lahir dari puisi yang digunakan untuk menganalisis bahasa. Struktur lahir tersebut adalah sebagai berikut 1 Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 201129 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. 2 Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 201131 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. 3 Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 201132 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajinasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4 Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 201173 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisedeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2009164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5 Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 201135 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. METODE Metode yang dipilih untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yakni sebuah metode yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Data yang digunakan adalah 4 buah puisi karya Chairil Anwar yang diambil dari buku kumpulan Puisi Deru Campur Debu. Adapun keempat puisi tersebut berjudul “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan 1 mengumpulkan data berupa pustaka-pustaka yang relevan, 2 memilih dan menyeleksi data yang telah terkumpul, 3 menganalisis kumpulan puisi dengan pendekatan stilistik, 4 mengabstraksikan data, dan 5 menyusun laporan penelitian. Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 82 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Lahir pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 1. Diksi/Pemilihan Kata a. Diksi pada Puisi Kepada Peminta-Minta Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini memerlukan pemahaman menyeluruh. Secara umum, puisi sulit dipahami. Dengan demikian penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ketujuh dan kedelapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. b. Diksi pada Puisi “Sajak putih” Diksi memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh, seperti pada baris ke tiga “Di hitam matamu kembang mawar dan melati”, Mawar dan melati mengandung majas metafora yang berarti lain, sesuatu yang indah atau cinta yang murni dan menggairahkan seperti keindahan bunga mawar yang merah dan melati putih yang mekar. Dengan demikian penggunaan kata metafora dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk membandingkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna metafora. Berikutnya penyair menggunakan diksi harum rambutmu mengalun bergelut senda. Penggunaan diksi ini dipilih oleh penyair untuk mengenang seorang gadis cantik yang memiliki rambut indah serta memiliki sifat yang ramah dan menyenangkan dari kata senda. Diksi senda terdengar lebih indah dan memiliki Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 83 nilai estetis yang lebih dibanding kata bercanda atau bergurau. c. Diksi pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada muram, dipantulkan oleh kata-kata gudang, rumah tua, tiang, temali, kelam, laut, tidur, hilang ombak, ujung, desir, dll. Pada puisi ini, penyair lebih banyak menggunakan diksi yang menganalogikan segala hal sesuai dengan isi hatinya. Misalnya pada diksi gudang-gudang, rumah tua, yang membawa kita pada suasana saat itu, kotor, suram, berantkkan, dan tak terawat. Selain itu, penyair juga menggunakan diksi gerimis, kelam, muram, tidak bergerak, hilang ombak. Diksi ini dipilih oleh penyair untuk melukiskan kesepian si penyair terutama saat menanti sang kekasih Sri Aryati. Kemudian pada bait terakhir, penyair memilih diksi berjalan, harap, jalan, berdekap pada setiap bunyi akhir baris puisinya. Hal ini terkait dengan penyamaan rima abab. Penyair juga masih memilih diksi bernuansa muram dan kesepian yang tampak dari penggunaan kata pengap, penghabisan, sedu, dan selamat jalan. Diksi ini dipilih untuk mengungkapkan selain kesepian yang dirasakan oleh penyair, penyair juga akhirnya menyerah pada kehidupannya yang mungkin terlalu banyakk masalah dan rintangan yang harus dihadapi dan tibalah waktunya si penyair untuk meninggalkan dunia iniselama-lamanya. d. Diksi pada Puisi Cintaku Jauh di Pulau Secara keseluruhan puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar secara sekilas mengusung tema kasih tak sampai. Hal ini terlihat jelas pada kata-kata di setiap baitnya yang bernada pesimis dan penyesalan. Penyair menuliskan kesedihan karena ajal terlalu cepat menjemput, sebelum si aku lirik berhasil mendapatkan cintanya. Seseorang yang berada jauh dari dirinya. Penyesalan tersebut ditunjukan pada bait ke-4, berikut. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama „kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Namun, bila kita telaah lebih dalam, puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” ciptaan Chairil ini lebih menyiratkan penyesalan seseorang atas segala tindakan karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat dicintai, dan ketika ia sadar akan cinta dan kasih sayangnya yang sejati, ajal terlebih dahulu menjemputnya. Secara keseluruhan, makna yang terkandung dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sekelumit gambaran hidup sang penyair. Penulis meresepsikan sebuah karya dengan judul “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sebuah cerita tentang bagaimana si Chairil mendapatkan hikmah dari penyakit yang dideritanya, yaitu sebuah jalan yang selama ia sehat tak pernah ditemukan. Maksudnya, ketika Chairil menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan akibat seringnya berganti-ganti pasangan, ia menyadari bahwahanya ada satu gadis yang benar-benar ia cintai. Namun, karena ia tahu bahwa ajal akan cepat menjemputnya, ia merasakan ada sebuah jarak yang membentang luas. Dalam puisi dikatakan cintaku jauh di pulau. Kata yang mewakili keputusasaannya terhadap penyakit yang tak dapat dilawannya. 2. Citraan a. Citraan pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 84 pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. b. Citraan pada Puisi “Sajak Putih” Dalam puisi “sajak putih” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan tidak langsung. Seperti citraan visual penglihatan terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “Kau depanku dan menarik menari”. Baris ini menggunakan pilihan kata yang dapat membangkitkan citraan visual sehingga kita bisa membayangkan saat penyair juga melihat seseorang di depannya dan menari-nari. Citraan indera pencium, terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu” ini digunakan penyair saat pengenang seorang gadis yang memiliki rambut yang indah. Citraan indera pendengaran terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyanyi” mengumpamakan bagaimana kesunyian malam itu yang terdengarhanya bisikan doa yang samar-samar. Citraan pendengaran juga terdapat pada baris “Dan dalam dadaku memerdu lagu” yang melukiskan saat si penyair merasakan seperti ada alunan lagu di dalam hatinya ditambah tarian seorang wanita di depannya serta menarik dan mengajaknya agar turut menari. Jadi kesimpulannya dari “sajak putih” adalah memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyairPuisi “sajak putih” memanfaatkan citraan penglihatan, penciuman, dan citraan pendengaran. c. Citraan pada Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Dalam puisi ini tergambar banyak citraan penglihatan mulai dari baris pertama dan kedua berikut. Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita Kapal, perahu tiada yang berlaut Pada sajak di atas menyatakan citraan penglihatan si penyair yang seperti melihat antara gudang, rumah tua serta mengumpamakan dirinya seperti kelamnya senja di pelabuhan. Di sini juga digambarkan suramnya hari itu seperti hatinya yang merasa sepi dan sendiri. Citraan pendengaran seolah terdapat pada baris “desir hari lari berenang”, namun di sini sesungguhnya merupakan citraan perasaan yakni desir dapat bermakna jalannya. Artinya, si penyair merasakan hari-hari begitu cepat berlalu seperti berlari dan berenang. Citraan visual juga terdapat pada baris “Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak”. Di sini si penyair melukiskan dirinya telah berusaha untuk mencari apa yang diinginkannya, apa yang dingin ditemuinya, namun nyatanya hal itu tidak dapat terpenuhi, semua hilang tidak bergerakseperti dirinya yang perlahan-lahan lelah dan mati. Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 85 d. Citraan pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Citraan dalam puisi ini yakni citraan perasaan dari baris pertama hingga baris terakhir. Penyair sedang merasakan sambil mengkhayal tentang sang pacar yang berada di seberang. Penyair ingin menyatakan cintanya pada sang pacar namun apadaya si penyair merasa bahwa dia tidak akan dapat menyatakan cintanya. 3. Kata Konkret a. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si peminta-minta maupun pengarang. Kata-kata konkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan pengarang agar pembaca dapat merasakan keadaannya. b. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Sajak Putih” Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret di hitam matamu, harum, memerdu lagu yang dapat membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dan pujian dari penyair. c. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Kata-kata konkret yang terdapat dalam puisi ini yaitu kelam, muram, hilang, sendiri, pengap, terdekap. Kata-kata konkret ini digunakan untuk menggambarkan citraan perasaan, yakni perasaan si penyair yang kesepian dan kehilangan harap. Bahkan untuk menyatakan cinta pun ia merasa pesimis seperti tanah dan air yang tidur hilang oleh ombak. d. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Kata-kata konkret pada puisi ini yaitu melancar, memancar, terang, mendayu, dan penghabisan. Kata-kata ini seolah ingin menggambarkan kontradiksi yang dialami oleh penyair mengenai situasi yang mendukung namun bertolak belakang dengan perasaan yang ragu apakah ia dapat menyatakan cintanya pada sang pacar. 4. Bahasa Figuratif a. Bahasa Figuratif pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Majas hiperbola berikutnya yakni pada baris “Mengaum di telingaku” yang berarti teriak-teriak di hadapannya dengan menggunakan suara yang sangat keras sehingga digunakanlah kata mengaum, bukan berbicara atau memanggil. b. Bahasa Figuratif pada Puisi “Sajak Putih” Dalam puisi “sajak puitih” karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ketiga, yaitu “dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris kesembilan, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”. Majas repetisi ini digunkan sebagai penekanan dari maksud hidup si penyair. Majas personifikasi digunakan pada baris “Harum rambutmu mengalun bergelut senda”. Kata mengalun bergelut senda digunakan seolah-olah rambut si Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 86 gadis dapat ikut bersenda gurau seperti manusia. c. Bahasa Figuratif pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi diatas adalah majas hiperbola yang ditemukan pada baris berikut. o ”dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap”. Kata ”sedu” melambangkan berpisahnya suatu hubungan percintaan yang seharusnya dapat diganti dengan kata menjadi. o ”perahu tiada berlaut” mengandung gaya bahasa metafora yang mengumpakan hidupnya seperti perahu tiada berlaut yakni melambangkan hati yang tiada keceriaan dan kegembiraan karena kehilangan cinta. o Desir hari lari berenang mengandung gaya bahasa personifikasi yakni hari yang diumpamakan dapat lari dan berenang seperti makhluk hidup. d. Bahasa Figuratif pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Gaya bahasa yang digunakan pada puisi ini yakni personifikasi yang terdapat pada baris berikut. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Angin diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yakni dapat membantu yang sebetulnya dapat diganti dengan angin pun mendukung. Penggunaan kata membantu ini digunakan untuk melukiskan bahwa angin atau kondisi pada saat itu mendukung untuk untuk penyair menyampaikan isi hatinya kepada sang pacar. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum ajal berpeluk dengan cintaku? Gaya bahasa yang digunakan pada kutipan di atas adalah alusio, yakni semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Hal ini terlihat dari jalan sudah bertahun kutempuh perahu yang bersama kan merapuh maksudnya adalah kehidupan yang ia lalui selama ini akan segera diakhiri dengan kematian. Makna ini didukung oleh penggunaan personifikasi pada ajal yang dapat memanggil. 5. Rima/Ritme a. Rima/Ritme pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 87 bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. b. Rima dan Ritme pada „Puisi Sajak Putih” Puisi “sajak putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan 12. Misalnya asonansi vokal a, terletak pada baris kedua yaitu Kau depanku bertudung sutra senja, dan pada baris keempat yaitu Harum rambutmu mengalun bergelut senja. Asonansi vokal i terletak pada baris pertama yaitu Bersandar pada tali warna pelangi dan pada baris ketiga yaitu Dihitam matamu kembang mawar dan melati. Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a a, Sehingga dengan variasi dan irama pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. c. Rima dan Ritme pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait /ta-ta-ut-utabab dan /ang-ang-ak-akaabb, dan pada bait ketiga rima akhir berubah menjadi abab. Rima yang digunakan pada bait pertama berakhiran aakhiran a di sini bisa bermaksud si penyair ingin meluapkan dan melukiskan pada dunia tentang keadaan di sana saat itu. Lalu pada bait kedua terdapat kata kelam dan kata muram yang rimanya berakhiran am, pemilihan rima ini dilakukan untuk menyelaraskan bunyi antar kedua kata tersebut, selain itu makna kelam dan muram hampir sama, yakni menyatakan kesedihan, muram, dan tidak ada keceriaan yang menaunginya. Pada puisi senja di pelabuhan kecil ini memang memiliki kekhasan ritme dan rima yang indah. Si penyair memilih diksi yang tidak hanya menggunakan konotasi, tetapi juga dengan mempertimbangkan nilai keindahan bunyinya. Hal ini terlihat dari rima banyak kata seperti pada baris desir hari lari berenang. Mengapa tidak digunakan kata desir hari jalan berenang? Hal inilah yang dikatakan untuk menimbulkan makna estetika dalam puisi tersebut. Keindahan rima berikutnya terletak pada bait puisi terakhir. Secara apik, penyair memilih diksi yang menghasilkan rima abab layaknya pantun. Lalu, penggunaan kata pengap, harap, berdekap, menggunakan akhiran [ap] selain untuk keselarasan rima,pilihan kata tersebut juga digunakan untuk menyatakan makna tersirat kesedihan, sesak, lelah. Hal ini ditandai dengan bunyi akhiran [ap] tersebut yang apabila diucapkan, maka mulut akan mengatup yang menandakan ingin mengakhiri segala penantian atau mungkin penderitaan yang dialami oleh penyair. d. Rima dan Ritme pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Persamaan vokal pada baris akhir sangat dipentingkan pada puisi lama dan puisi modern sampai masa Chairil Anwar. Hal ini terlihat jelas dalam puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar. Rima yang berumus a-b dan a-b-a-b tampak jelas pada puisi tersebut. Bait pertama dan bait terakhir dituliskan oleh penyair dengan rima a-b, yakni Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Kemudian pada bait terakhir berbunyi Manisku jauh di pulau, kalau „kumati, diamati iseng sendiri. Selain itu, pada bait ke- 2,3, dan 4 ditampilkan penyair dengan persamaan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 88 vokal akhir yang berumus a-b-a-b. Persamaan tersebut terdapat pada bait ke-2, misalnya Perahu melancar, bulan memancar, Di leherku kalungkan ole-ole buat si pacar. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Aku tidak „kan sampai padanya. Pada puisi “Cintaku Jauh di Pulau” juga banyak terdapat rima yang indah dan selaras. Misalnya, pada bait kedua yang bersajak aabb. Lalu pada bait ketiga, penyair menggunakan kata berakhiran fonem u yakni mendayu dan melaju yang mengisyaratkan kesunyian dan kepasrahan si penyair. Namun, pada bait keempat berakhiran fonem a yang bertujuan untuk meluapkan emosi si penyair. Si penyair seperti ingin berteriak. Kemudian pada bait kelima, penyair juga masih menggunakan pola rima aabbnamun keempat baris dalam bait ini menggunakan fonem u di akhir barisnya yang juga menyatakan kesedihan teramat dalam si penyair. Hal ini terlihat dari kata merapuh, ajal memanggil dulu, dan sempat berpeluk dengan cintaku. Jelas sekali di sini bahwa si penyair ingin menggambarkan penyesalannya yang besar karena ia harus menyerah pada kematian dan belum sempat mengutarakan perasaan cintanya pada orang dicintainya. SIMPULAN Kesuksesan sebuah karya sastra sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari nilai estetika yang dimiliki oleh suatu karya sastra. Nilai estetika ini salah satunya dapat ditinjau dari segi penggunaan gaya bahasa. Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi-puisi karya Chairil Anwar memang memiliki nilai estetika apabila ditinjau dari segi stilistika yang digunakannya. Hal ini tidak terlepas dari penggambaran perasaan nyata yang dirasakannya lalu dituangkan dalam bentuk puisi, sehingga para pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang penyair rasakan. DAFTAR PUSTAKA Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Tarigan, H. G. 2011. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Angkasa. Wicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi Edisi Revisi. Yogyakarta Garudhawaca. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Nurhayati NurhayatiKajian stilistik merupakan kajian relasional antara kajian linguistik dan kajian kesasteraan karena pada dasarnya objek kajian sendiri adalah karya sastra. Dengan kajian ini diharapkan dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna karya sastra yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra. Karena medium karya sastra termasuk puisi adalah bahasa yang umumnya dipolakan secara khas maka kajian stilistik dapat menunjukkan kekomplekan bahasa karya sastra. Bahasa karya sastra umumnya menyimpang dari konvensi bahasa, kajian yang menggunakan pendekatan ini dapat membantu memahami karya sastra terlebih-lebih karya sastra Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPSSuwardi EndraswaraEndraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta KerafKeraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta NurgiyantoroNurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University G TariganTarigan, H. G. 2011. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Prosa Fiksi Edisi RevisiAndri WicaksonoWicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi Edisi Revisi.
nH0U. ei3m9a3cnb.pages.dev/68ei3m9a3cnb.pages.dev/320ei3m9a3cnb.pages.dev/111ei3m9a3cnb.pages.dev/272ei3m9a3cnb.pages.dev/332ei3m9a3cnb.pages.dev/44ei3m9a3cnb.pages.dev/242ei3m9a3cnb.pages.dev/193ei3m9a3cnb.pages.dev/383
makna puisi deru campur debu